Minggu, 15 November 2015

Radix Guitar di Internasional

Toien Bernadhie Radix Akassa, alumnus Kehutanan UGM, yang sekaligus menjadi punggawa dari kelahiran Radix Guitar yang kini telah melejitkan diri sebagai produk Indonesia dimata dunia. Sebuah alat musik berkelas yang dihasilkan dari tangan kreatif anak negeri. Kini Radix Guitar telah menjadi sebuah bran international, bahkan sukses mengikuti pameran alat musik dimanca negara yang berlangsung di Frankfurt Jerman dalam ajang MusikMesse 2012. Produk gitar ini secara radikal menjadi acuan baru dari industri musik tanah air yang dikagumi. Sebenarnya, hal ini berawal dari kesukaan Toien untuk memakai alat musik ini, maklum saja, Gitar dikenal sebagai instrumentasi musik dasar yang menjadi pemandu utama sebuah komposisi musik, jelas perlu keahlian khusus yang tingkat tinggi dalam menciptakan sebuah electic guitar. Banyak pemain internasional yang berkecimpung dibidang yang sama tidak menyurutkan langkan Toien, bahkn brand gitar yang dibuatnya pun menggunakan inisial nama belakangnya. Sebuah langkah berani dalam memperkenalkan merek baru ketika pasar masih belum acceptable atas produk lokal. Selama ini, yang ada dalam benak konsumen akan produk sejenis buatan dalam negeri adalah harga yang murah dengan kualitas medioker, dan hal itu dijungkirbalikan oleh kehadiran Radix Guitar, yang secara radikal mendeskonstruksi gagasan akan rendahnya kualitas gitar lokal dalam persepsi konsumen. Tentu tidak dalam waktu sekejap, Toien sendiri membutuhkan waktu yang agak panjang hingga menemukan formulasi antara bahan baku hingga proses produksi yang bersesuaian untuk mendapatkan hasil yang berkualitas, karena produk alat musik bukan hanya terlihat pada tampilan cashing semata tetapi dikemampuan musikalitas dan playability dari instrumen tersebut, terlebih sebuah gitar. Perjalanan brand Radix sebenarnya sudah dirintis sejak tahun 2003 dengan produksi gitar elektrik ber-merek Marlique sebagai hasil kerjasama antara Toien dengan Ridho Hafiedz, gitaris Slank, namun memang relasi bisnis itu harus berakhir pecah kongsi pada 2008. Dalam kerangka menumbuhkan kembali brand baru, maka Toien terus mengeksplorasi passion yang memang menjadi bagian dari dirinya yakni bermusik. Kini, Radix menjadi produk lokal yang bisa dibandingkan dengan berbagai produk asing lain dalam aspek kualitas dan harga. Duta Gitar dan Strategi Bisnis Penikmat alat musik sudah pasti mereka yang menggemari musik dan pemusik itu sendiri, oleh karena itu Toein dengan jeli melihat kepentingan pemasaran harus dilakukan dengan menggandeng kerjasama dengan gitaris musik kenamaan ditanah air sebagai bukti dari uji kualitas produk. Melalui berbagai learning process, maka kini kini sudah banyak gitaris band nasional yang menjadi pengguna sekaligus duta bagi Radix Guitar, sebut saja Eet Sjahranie (Edane), Edwin (Coklat), Farri Icksan (the S.I.G.I.T), Iwan Hoediarto (St LOCO) dan Sonny (J Rocks). Aspek testimonial user menjadi bagian dari Word of Mouth yang dibangun, bahwa produk Radix Guitar adalah kebanggaan bangsa karena kualitasnya. Simak saja komentar serta pujian positif yang dihasilkan dari para “brand ambassador” Radix Guitar ini, seperti yang dilontarkan oleh Rama, gitaris Nidji -”Sebuah gitar karya anak negeri yang sangat luar biasa, & memiliki kualitas bagus untuk gitar lokal. Gitar itu saya kasih nama “Stallion” yg berarti laki laki kuat, kokoh, & memiliki nilai 10 di mata wanita”. Tidak hanya sampai disitu, Radix pun bekerjasama dengan gitaris dunia Jan Akkerman (gitaris blues asal Belanda) dan Stuart Marshall (Empire of Eden -Australia). Bukan hanya berlabel jago kandang, kini Radix Guitar pun sudah singgah ke Belanda, Finalndia, Islandia, Norwegia bahkan Swiss. Tentu bukan hal mudah untuk mendapatkan pasar disana, karena kualitas adalah ukuran utama. Sebagaimana situs resminya: www.radixguitars.com, maka Toien telah memiliki sekitar delapan pakem jenis gitar yangdiproduksinya, dan dalam hal tersebut Radix Guitar memberi jaminan atas after sales service atas gitar yang diproduksinya, kini rerata produknya mencapai 120 gitar/ bulan dengan 50% diantaranya ditujukan bagi pasar eksport, dengan beroleh omset sekitar Rp250 juta/ bulan. Untuk membangkitkan stimulasi ketertarikan peminat diluar negeri, maka Radix Guitar memang sengaja menggunakan bahasa Inggris untuk dalam laman digital pada portal online perusahaan, hal tersebut menjadi sebuah aspek penting dalam membangung pola komunikasi dengan pelanggan. Karena bertumpu pada kekuatan kualitas produk, maka harga dalam pandangan Toien menjadi aspek sekunder yang menyertai, menurutnya hal tersebut affordable based on reliability dan sesuai dengan hasil yang ditunjukkan dari performa lewat musikalisasi Radix Guitar. Pada sebuah produk kreatif, kepercayaan diri akan kualitas yang terbaik dari apa yang kita hasilkan akan bersesuaian dengan penerimaan pasar akan hal tersebut, dan hal ini secara tepat dimaknai oleh Toien, bahwa Radix Guitar telah menjadi pelopor pada pangsa pasar electric guitar yang Mid Up, untuk itu kini tengah digarap pembuatan gitar akustik dengan segmen serupa bekerjasama dengan para pengrajin di daerah Solo. Jelas bahwa ide kreatif tidak bisa berhenti atau dihadang, maka kerja kreatif yang mengaktualisasikan ide tersebut memiliki peran dalam implementasi pelaksaan langsung. Tantangan yang harus dapat dijawab oleh Radix Guitar adalah membangun komunitas yang solid dalam mengembangkan merek ini menjadi lebih luas serta mendalam dihati penggemar fanatiknya. Termasuk potensi membangun kerjasama dengan berbagai lembaga musik serta berbagai pameran musik dan alat musik ditanah air, untuk semakin mempopulerkan kebutuhan bermusik, khususnya menggunakan gitar elektrik yang bernama radix Guitar. Kini gitar listrik asal Tangerang itupun melintas batas negara. 

SEKARANG GILIRAN KITA, KAPAN BISA MENCIPTAKAN SESUATU SAMPAI INTERNASIONAL?GANBATTE KAWAN"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar